OPINI, VIDETIMES.com – Di era transformasi digital yang terus melaju, sektor ekonomi kreatif berbasis digital merupakan peluang emas yang tidak bisa diabaikan oleh milenial dan mahasiswa. Dengan keunggulan kompetitif berupa kemahiran teknologi serta keterbukaan terhadap inovasi, generasi ini memiliki potensi besar untuk membangun kemandirian ekonomi, sekaligus melawan ketergantungan sistematik terhadap sektor formal yang lesu.
Ekonomi kreatif digital meliputi berbagai sektor, seperti pengembangan aplikasi, desain grafis, konten media sosial, digital marketing, hingga inovasi berbasis teknologi seperti blockchain dan kecerdasan buatan (AI). Data menunjukkan bahwa kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, di Indonesia, ekonomi kreatif digital menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang tetap kokoh di tengah resesi global.
Bagi mahasiswa, sektor ini lebih dari sekadar peluang kerja. Ekonomi kreatif digital menyediakan ruang untuk ekspresi diri dan kreativitas dua kompetensi yang sering terabaikan dalam sistem pendidikan formal. Dengan kata lain, sektor ini merupakan jawaban atas kegagalan sistem pendidikan tinggi dalam mencetak lulusan yang mandiri dan berdaya saing.
Namun, tantangan tetap ada. Banyak milenial dan mahasiswa terjebak dalam budaya konsumerisme digital, memilih menjadi pengguna pasif teknologi alih-alih produsen kreatif. Mereka lebih fokus pada media sosial tanpa memberikan kontribusi nyata pada pemberdayaan ekonomi digital. Di sisi lain, sistem pendidikan yang kaku dan terlalu berorientasi pada nilai akademik sering gagal memberikan keterampilan praktis yang relevan dengan pasar kerja digital.
Pemerintah dan institusi pendidikan juga sering terjebak dalam jargon “ekonomi kreatif” tanpa strategi konkret. Regulasi yang lamban, minimnya akses modal, serta kurangnya pelatihan teknis menjadi penghambat utama, sehingga potensi besar ini hanya menjadi wacana.
Adapun strategi Membangun Kemandirian Ekonomi Digital Untuk menjadikan ekonomi kreatif digital sebagai fondasi kemandirian ekonomi, langkah-langkah strategis berikut perlu diambil, Pertama Dorong Mahasiswa sebagai Produsen Kreatif Mahasiswa dan milenial perlu didorong menjadi produsen konten, inovator teknologi, dan pengusaha digital. Kampus harus memprioritaskan pelatihan kewirausahaan berbasis teknologi yang melibatkan kolaborasi antara mahasiswa, akademisi, dan praktisi industri.
Kedua, Percepat Pendidikan digitalisasi ekonomi dan Akses Modal Pemerintah harus mempercepat digitalisasi sektor pendidikan dan membuka akses pendanaan. Model seperti crowdfunding atau hibah kreatif berbasis proyek perlu dioptimalkan untuk menjawab kebutuhan modal awal, yang sering menjadi hambatan utama.
Ketiga, Berdayakan Berpikir Kritis dan Inovatif Mahasiswa perlu dididik agar mampu menciptakan lapangan kerja melalui inovasi dan kreativitas, bukan hanya sebagai pekerja di sektor formal yang stagnan.
Tentunya ini menjadi satu Momentum Besar Ekonomi Digital Indonesia mengingat dalam laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, Indonesia diperkirakan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar US$90 miliar atau sekitar Rp1.416 triliun pada 2024, naik 13 persen dari 2023 dengan GMV sebesar US$80 miliar. Angka ini menjadikan Indonesia negara dengan GMV terbesar di Asia Tenggara.
Pada 2022, Indonesia mencatatkan GMV sebesar US$76 miliar dan tumbuh 6 persen pada 2023 menjadi US$80 miliar. Kenaikan sebesar US$10 miliar menandai pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya.
Kontribusi terbesar berasal dari sektor, E-commerce dimana GMV mencapai US$65 miliar, naik 11 persen dari tahun sebelumnya, didorong oleh inovasi seperti video commerce yang meningkatkan pengalaman pengguna, kemudian Perjalanan online Tumbuh 24 persen dengan GMV sebesar US$9 miliar serta Transportasi online Menyumbang US$3 miliar, didukung oleh penetrasi ke kota-kota kecil yang dibarengi juga dengan Pengiriman makanan Menambahkan US$6 miliar ke perekonomian digital.
Sedangkan Media digital mendapatkan GMV sebesar US$8 miliar, didukung oleh popularitas konten digital yang terus meningkat.
Lanjut pada Keuangan digital Tumbuh 19 persen dengan Gross Transaction Value (GTV) mencapai US$404 miliar, menjadikan Indonesia sebagai pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara.
Ekonomi kreatif digital adalah medan baru bagi generasi muda. Ini bukan hanya tentang menciptakan lapangan kerja atau mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga tentang membangun kemandirian dan menghapus stigma mahasiswa sebagai objek pendidikan yang pasif.
Dengan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan melawan ketergantungan pada sistem lama, milenial dan mahasiswa dapat menjadi arsitek utama masa depan ekonomi digital Indonesia. Saatnya bertanya siapkah mereka memikul tanggung jawab ini?
Penulis : Mohamad Abdul Majid
Opini Merupakan Tanggung Jawab Penulis, Tidak Menjadi Tanggung Jawab Redaksi VIDETIMES.COM