KUTAI TIMUR, VIDETIMES.com – Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (Stiper) menyuarakan keresahan mereka terhadap ketimpangan fasilitas di kampus. Ketidakadilan dalam alokasi anggaran dan pembangunan, yang lebih memprioritaskan pejabat ketimbang kebutuhan mahasiswa, menjadi sorotan utama.
Deo Datus, Menteri PSDM, mendesak transparansi dan kebijakan yang berpihak pada seluruh civitas akademika. Dalam pernyataannya, pihaknya menegaskan bahwa rasa keadilan di kampus kian terkikis.
“Ketimpangan antara fasilitas dosen dan mahasiswa begitu mencolok. Proyek pembangunan lebih sering diarahkan untuk mempercantik ruang dosen dengan gaya ala pejabat, sementara fasilitas belajar mahasiswa terabaikan,” ujarnya dengan nada kecewa.
Ia juga menyoroti pembangunan yang tidak tepat sasaran. Alih-alih memperbaiki ruang kelas atau menyediakan fasilitas belajar yang layak, kampus justru lebih memprioritaskan kenyamanan pejabat.
“Seharusnya yang menjadi prioritas adalah kenyamanan dan kelayakan ruang belajar!” tandasnya.
Dirinya mengajak seluruh mahasiswa untuk bergerak. Diam, menurutnya, bukan lagi pilihan.
“Mahasiswa harus bersatu dan menuntut transparansi serta kebijakan yang adil. Pendidikan yang berkualitas dan lingkungan belajar yang nyaman adalah hak kita,” serunya dengan tegas.
Dalam konteks ini, mahasiswa mendesak rektorat dan yayasan untuk bertanggung jawab atas ketimpangan yang terjadi. Mereka berharap, dengan solidaritas yang kuat, perubahan yang berpihak pada seluruh civitas akademika dapat terwujud.
Kini, suara mahasiswa terus menggema, menuntut kampus untuk hadir sebagai lembaga pendidikan yang benar-benar mengedepankan keadilan dan kesejahteraan seluruh penghuninya. Solidaritas menjadi kunci, dan mahasiswa percaya bahwa perubahan adalah hal yang mungkin dicapai bersama. (*)