KUTAI KARTANEGARA, VIDETIMES.com – Ratusan nelayan pembudidaya Kerang Dara di Muara Badak menghadapi krisis besar setelah mengalami gagal panen akibat pencemaran lingkungan. Diduga, limbah dari aktivitas pengeboran RIG GWDC di wilayah kerja Pertamina Hulu Sanga-sanga (PHSS) menyebabkan kematian massal Kerang Dara. Akibatnya, sebanyak 299 nelayan kehilangan sumber mata pencaharian mereka.
“Kami mengalami kerugian besar. Kerang Dara adalah mata pencarian utama kami, bisa mencapai 10 ton per hari atau sekitar 3.871 ton per tahun. Tapi sekarang semuanya mati karena pencemaran limbah dari pengeboran,” ungkap Yusuf, Jenderal Lapangan.
Dampak dari bencana ini begitu besar hingga membuat kehidupan nelayan terguncang. Selama dua bulan terakhir, mereka berjuang untuk bertahan hidup tanpa pemasukan, bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak mereka. Yusuf menegaskan bahwa kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
“Kami tidak akan diam. Kami menuntut Pertamina Hulu Sanga-sanga bertanggung jawab atas bencana yang terjadi. Ini bukan hanya soal kerugian ekonomi, tapi juga hak hidup kami sebagai nelayan,” tegasnya.
Para nelayan menyampaikan empat tuntutan utama kepada PHSS:
1. Menuntut PHSS untuk melakukan ganti rugi terhadap masyarakat/nelayan yang terdampak, akibat pencemaran limbah yang membuat kerang dara mati massal.
2. Menuntut PHSS memberikan bantuan sosial kepada masyarakat/nelayan yang terkena dampak.
3. Menuntut PHSS melakukan pembersihan lahan pembudidaya yang terdampak agar dapat di gunakan kembali untuk menunjang ekonomi masyarakat.
4. Menuntut PHSS agar menertibkan prosedur pengelolaan limbah agar tidak terjadi kembali dampak serius ini.
Aksi para nelayan ini menjadi sorotan dan diharapkan mendapat perhatian serius dari pihak terkait. Mereka menegaskan bahwa perjuangan ini bukan sekadar tuntutan semata, melainkan panggilan untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang telah kehilangan segalanya akibat pencemaran lingkungan. (Rcd)