• Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Login
Vide Times
Advertisement
  • Home
  • Advetorial
    • DPRD Samarinda
    • Diskominfo Kukar
    • DPRD Kutai Timur
    • Diskominfo Kutai Timur
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi & Bisnis
  • Peristiwa & Kriminal
  • Lainnya
    • Opini
    • Otomotif
    • Lifestyle
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Teknologi
No Result
View All Result
  • Home
  • Advetorial
    • DPRD Samarinda
    • Diskominfo Kukar
    • DPRD Kutai Timur
    • Diskominfo Kutai Timur
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi & Bisnis
  • Peristiwa & Kriminal
  • Lainnya
    • Opini
    • Otomotif
    • Lifestyle
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Teknologi
No Result
View All Result
Vide Times
No Result
View All Result
Home Lainnya Opini

Ambisi Super Power Pangan Dunia Proyeksi Pertanian Indonesia Hanyalah Tahayul

AdminWeb by AdminWeb
14 Januari 2025
in Opini
0
Ambisi Super Power Pangan Dunia Proyeksi Pertanian Indonesia Hanyalah Tahayul

Charles Alfredo, Kader GMNI Kota Samarinda

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

OPINI, VIDETIMES.com – Perihal keberlanjutan agaknya pemerintah rezim Prabowo juga punya jurusnya sendiri. Dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa melalui kesempatan yang berbahagia juga berbeda pada periode kepemimpinannya Prabowo menghadirkan kesan baru yang menjadi pembeda dengan rezim-rezim sebelumnya. Menyambut keputusan-keputusan heroik diawal kepemimpinannya, presiden Prabowo kembali menarik perhatian masyarakatnya tentang ancaman deforestasi yang dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pernyataan ini tentu menuai perdebatan yang melebar, lantaran sebagai orang nomor satu RI memiliki pemahaman yang berbeda terhadap gerakan yang hari ini semakin kuat yaitu isu lingkungan setelah berambisi kembali dengan mega proyek cetak sawah dibumi Marauke.

Perkebunan kelapa sawit menjadi trending isu nomor satu di Indonesia saat ini, sebagai produsen terbesar di dunia tentu menjadikan Indonesia pusat perhatian terutama dalam upaya mitigasi deforestasi untuk mencegah laju emisi karbon yang terus meningkat. Perihal deforestasi, Indoneisa saat ini merupakan pelaku utama penyedia emisi akibat upaya pembukaan lahan yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi. Mirisnya konversi hutan semakin mengila semenjak putusan pemerintah Jokowi untuk menggadakan food estate sebagai Program Strategis Nasional (PSN) diikuti dengan terbitnya Peraturan Menteri LHK No. 24 tahun 2020 tentang penyediaan kawasan hutan untuk pembangunan food estate dan peraturan No. 7 tahun 2021 tentang perencanaan kehutanan, perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan.

Tetapi food estate adalah kegagalan besar, ambisi ini harus terhenti lantaran pelaksanaan yang berlangsung secara tergesa-gesa diawal perencanaannya. Tentu kegagalan ini disebabkan oleh pelaksanaan yang salah dan terkesan semrawut, secara historis upaya penyediaan pangan ini telah dirancang sejak zaman Orde Baru dan masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga berlangsung secara salah. Kenyataannya pada saat ini pemerintahan Prabowo juga menggunakan kartu yang sama yaitu food estate atau cetak sawah di Merauke namun dengan ambisi lebih besar yaitu swasembada pangan ditambah saat ini kembali prabowo mengeluarkan pernyataan krotroversial yang tentu kedepannya akan sangat berdampak pada keseimbangan lingkungan dunia.

Alih-alih perihal perang dagang yang terjadi antara Uni Eropa (EU) dan Indonesia terkait kualitas minyak nabati dan turunan produk yang boleh dihasilkan dari minyak kelapa sawit Indonesia. Permerintah melalui presiden Prabowo justru kembali melakukan keputusan keliru terhadap fenomena tersebut. Kembali membahas kasus food estate sebelumnya tentu tidak terlepas pada dampak gas rumah kaca (GRK) yang disebabkan oleh aktivitas pertanian salah satunya deforestasi. Publikasi FAO (Food and Agriculture Organization) 2023 menyebutkan bahwa perternakan dan budidaya padi merupakan sub-sektor utama penyumbang emisi GRK untuk pertanian global. Hasil ini menjadikan komuditas peternakan (daging, susu dan telur) dan beras sebagai penghasil emisi terbesar. Sistem pangan pertanian (agrifood) global menyumbang 16 Gt CO2 eq tahun 2021 ini mencakup emisi farm-gate oleh proses produksi pertanian dan peternakan, emisi land-use change oleh deforestasi dan pengeringan lahan organik untuk lahan pertanian/peternakan dan emisi yang dihasilkan pre-end post production atau sebelum proses produksi dan setelah proses produksi.

sejak lama konversi lahan untuk pertanian dalam perkembangannya terus menjadi ancaman serius pada keberlanjutan lingkungan. Pertanian berkelanjutan merupakan strategi unggul untuk meredam laju dampak pertanian dengan menjadikan pertanian sebagai upaya perbaikan kembali ekosistem dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Namun pemerintah saat ini memiliki ambisi yang berbeda dalam penyediaannya, beberapa upaya yang dilakukan justru memperburuk keberlangsungan lingkungan yang berkelanjutan. Satu hal yang tidak bisa lepas dari prediksi adalah food estate sebagai kudung saji bagi para korporat untuk melunasi janji politik, dari berbagai keterlibatan mereka dalam perjalanan awal rancangan food estate di Indonesia.

Tudingan seriuspun mengarah pada perkebunan kelapa sawit yang akhir-akhir ini justru berpotensi hadir dan tubuh tegak diatas tanah persiapan food estate bahkan semakin kuat akibat penyelenggaraan yang berlangsung serampangan sejak pemerintahan masa Susilo Bambang Yudhoyono hingga era jokowi yang kini jelas gagal total dan hilang kabar.

Secara empiris perkebunan kelapa sawit memang merupakan solusi mitigasi perubahan iklim global akibat emisi karbon, oleh kemampuan carbon sink dan carbon saving kelapa sawit yang lebih tinggi dibandingkan dengan hutan alam. Pada studi ilmiah sawit mampu menyerap emisi 64 ton CO2/hektar/tahun dibandingkan hutan yang hanya mampu 32 ton CO2/hektar/tahun. Bahkan studi Chan pada 2002 menunjukan besar biomassa dan stok karbon hasil carbon sequestration pada sawit 5.8 ton/hektar pada tanaman belum menghasilkan dan 45.3 ton/hektar pada umur 20-24 tahun. Menunjukan Perkebuanan kelapa sawit bisa diartikan sebagai hutan produktif, mengingat hutan tropis dipenuhi oleh tumbuhan yang dewasa/tua sehingga laju fotosintesis telah mendekati laju respirasinya.

Berbicara soal keberlanjutan, RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) mencoba menjawab dengan sangat baik. perkebunan kelapa sawit haruslah berdampak berkelanjutan pada lingkungan, satwa liar dan hak asasi manusia. Secara kualitas dan kuantitas kelapa sawit jelas pada puncak kasta tertinggi minyak nabati, jika dibandingan dengan bunga matahari, rapeseed dan kedelai hasil panen per hektar jauh lebih rendah daripada sawit. Artinya butuh luasan yang besar untuk mencapai hasil setara dengan minyak kelapa sawit. Namun di beberapa daerah produksi minyak kelapa sawit berlangsung secara tidak bertanggung jawab dengan merusak hutan, yang berdampak pada satwa liar dan masyarakat sekitar.

Apabila wanaca perluasan lahan perkebunan kelapa sawit betul dilaksankan maka pemerintah harus bertanggung jawab pada keberlanjutan lingkungan yang rusak, satwa liar dan pelanggaran HAM yang akan terjadi selama penyelenggaraannya. Sebelumnya food estate juga bola panas pemerintah dalam upaya perlaksaannya, kegagalan besar food estate era Jokowi dibeberapa wilayah manjadi trust issue masyarakat, kepekaan terhadap wacana lumbung pangan itu menuai kecurigaan. Lalu kegagalan tersebut kembali disambut 2,29 juta hektar lahan strategi cetak sawah atau food estate dengan ambisi swasembada pangan dibumi Marauke, lantas bagaimana dengan lahan yang telah gagal. Dengan kualitas tanah yang kita ketahui bersama tidak mungkin mencapai keberhasilan tanaman pangan, sudah pasti akan berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.

Namun yang pasti adalah perkebunan sawit tersebut tidak bekelanjutan karena melalui pembukaan hutan secara liar dan merusak, apakah luasan tersebut masih kurang lalu perlu ditambah kembali. Keputusan-keputusan berbau kepentigan semakin menyengat saat ini, kerusakan lingkungan alam, satwa liar hingga kemanusian jadi acaman tak terelakan. Ini semua jelas keliru sedari era jokowi proyeksi pertanian tak tentu arah, alih-alih sebagai super pawer pangan dunia justru sebaliknya menggancam masa depan dunia.

Apa yang diharapkan pada lahan yang justru mencekik kesempatan hidup tanaman tersebut terutama komuditas pangan, dengan membuka jutaan hektar lahan serta emisi tak terelakan hingga catatan fenomena iklim ekstrim yang semakin menjadi. Proyeksi semacam swasembada hanyalah tahayul, Quick win ini justru hanya mempercepat pertumbuhan lahan dan kemasyhuran korporat kedepannya. Tidak ada jaminan kegagalan itu selain memasuki komuditas perkebunan, ya semua itu sangat jelas.

Tidak salah memang jika itu berkait pembangunan kembali namun dalam prakteknya pertanian harus tumbuh secara bijak dan santun dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan hidup.

PENULIS: Charles Alfredo, Kader GMNI Kota Samarinda

Opini Merupakan Tanggung Jawab Penulis, Tidak Menjadi Tanggung Jawab Redaksi VIDETIMES.COM

Tags: Gerakan Mahasiswa Nasional IndonesiaGMNIMahasiswaPertanianUnmul
Berita Sebelumnya

Kesan Mendalam Ary Fadli di Samarinda, Markaca Optimistis pada Kapolresta Baru

Berita Selanjutnya

Iswandi: Pemkot Samarinda Harus Sediakan Angkutan Umum untuk Pelajar

AdminWeb

AdminWeb

Related Posts

Suharto dan Gelar Pahlawan: Penghargaan atau Penghinaan bagi Sejarah?
Opini

Suharto dan Gelar Pahlawan: Penghargaan atau Penghinaan bagi Sejarah?

by AdminWeb
11 November 2025
80 Tahun Merdeka, Apakah Pendidikan Kita Ikut Merdeka?
Opini

80 Tahun Merdeka, Apakah Pendidikan Kita Ikut Merdeka?

by AdminWeb
19 Agustus 2025
Ada Apa dengan PPATK dan Wewenang Pemblokiran di Tengah Seretnya Perekonomian Bangsa
Opini

Ada Apa dengan PPATK dan Wewenang Pemblokiran di Tengah Seretnya Perekonomian Bangsa

by AdminWeb
31 Juli 2025
Dilema Masyarakat Terhadap Dinamika Permasalahan di Desa Bumi Etam: Terbatasnya Akses karena Kurangnya Transparansi
Opini

Dilema Masyarakat Terhadap Dinamika Permasalahan di Desa Bumi Etam: Terbatasnya Akses karena Kurangnya Transparansi

by AdminWeb
11 Juli 2025
Sikap dan Opini BEM Se-Kalimantan Terkait Transmigrasi 2025–2029
Opini

Sikap dan Opini BEM Se-Kalimantan Terkait Transmigrasi 2025–2029

by AdminWeb
11 Juli 2025
Berita Selanjutnya
Iswandi: Pemkot Samarinda Harus Sediakan Angkutan Umum untuk Pelajar

Iswandi: Pemkot Samarinda Harus Sediakan Angkutan Umum untuk Pelajar

Terbaru

Bantuan Sarana Olahraga ke Mahasiswa Kukar di Jogja, Makassar

Bantuan Sarana Olahraga ke Asrama Mahasiswa Kukar di Umbulharjo Jogja dan Rappocini Makassar

1 Mei 2025
Safari Subuh Jadi Momen Pengukuhan LPTQ Kukar dan Penyerahan Bantuan Sosial

Safari Subuh Jadi Momen Pengukuhan LPTQ Kukar dan Penyerahan Bantuan Sosial

16 April 2025
Kerang Dara Mati Massal, Nelayan Muara Badak Tuntut PT PHSS Bertanggung Jawab

Kerang Dara Mati Massal, Nelayan Muara Badak Tuntut PT PHSS Bertanggung Jawab

12 Februari 2025

Tags

Bupati Kukar Demokrasi Dispora Kukar DPRD Kutai Timur DPRD Samarinda Edi Damansyah Explore Bali Gerakan Etam Mengaji Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI GMNI Samarinda IKN Jurnalis Kaltim Kampus Kesehatan KNPI Kukar Kukar Idaman Kutai Kartanegara Kutai Timur Kutim Mahasiswa Market Stories Pandemic PDI Perjuangan Pemkab Kukar Pemuda Pemuda Kukar Pertamina Pilkada Ramadan Samarinda Sekda Kukar Silaturahmi Stay Home Tambang Tenggarong Tenggarong Seberang Terhangat United Stated Unmul Vaccine Work From Home Wuhan
Vide Times

Videtimes.com dipayungi PT VIDE DIGITAL NUSANTARA. Kumpulan berita terkini dan terupdate dengan slogan "TAMAN INFORMASI"

Link Navigasi

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Pasang Iklan
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi

Berita Terbaru

  • Produk UMKM Swarga Bara Tembus Pasar Modern
  • BCIP Siapkan Kawasan Industri Kimia di Kutai Timur
  • Investasi Hilirisasi di Kutim Capai Puluhan Triliun

© 2024 Vide Times - All Right Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Advetorial
    • DPRD Samarinda
    • Diskominfo Kukar
    • DPRD Kutai Timur
    • Diskominfo Kutai Timur
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Ekonomi & Bisnis
  • Peristiwa & Kriminal
  • Lainnya
    • Opini
    • Otomotif
    • Lifestyle
    • Olahraga
    • Hiburan
    • Teknologi

© 2024 Vide Times - All Right Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?